Senin, 19 Oktober 2009

TARI GAMBUH DI DESA ANTURAN

TARI GAMBUH PADA PIODALAN DI PURA

KHAYANGAN TIGA DESA PAKRAMAN ANTURAN
KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG


BAB I
PENDAHULUAN

Dalam bab Pendahuluan ini berturut-turut akan diuraikan mengenai: (1) Latar belakang masalah, (2) Rumusan masalah, (3) Tujuan penelitian, dan (4) Kegunaan penelitian.

1. Latar Belakang Masalah
Pulau Bali adalah salah satu pulau yang merupakan bagian dari pada wilayah Republik Indonesia yang sering disebut Pulua Dewata. Pulau Bali sangat terkenal di dunia internasional karena keunikan masyarakatnya beserta dengan adanya beberapa peninggalan purbakala, seni budaya dan tata cara upacara agama yang sangat serasi dalam perwujudannya. Hal ini justru dapat mengundang wisatawan untuk dapat menikmati keindahan alamnya dan keunikan kehidupan masyarakatnya yang sebagaian besar agama Hindu.

Sejak lama orang dan kebudayaan Bali dikenal sebagai salah satu yang paling dinamis di dunia. Dinamika semacam ini dimungkinkan diantaranya karena orang dan kebudayaan ini relatif cukup terbuka terhadap pengaruh-pengaruh luar, namun dipihak lain, tak melupakan segala sesuatu yang telah menjadi jati dirinya sejak awal, khususnya pada struktur dalam dari kebudayaan Bali (Rupa, 2002:22).

Pada hakikatnya agama Hindu mempunyai andil besar di bidang seni budaya yang bernapaskan agama, keindahan yang dijiwai oleh kebaktian terhadap Hyang Widhi Wasa yang telah melahirkan seni budaya yang bersifat sosial religius. Agama memberikan dorongan dan illham untuk berkembangnya seni dan budaya yang dimilikinya.

Dari uraian di atas, bahwa kebudayaan Bali, merupakan kebudayaan yang mempunyai hubungan yang tak terpisahkan dengan agama Hindu. Di dalam masyarakat Hindu sangat sukar memisahkan kepercayaan agamanya dengan kebudayaannya yang diibaratkan seperti air dengan susu susah dipisahkan tetapi mudah dirasakan perbedaannya. Hampir tidak ada kebudayaan yang tidak dijiwai oleh agama Hindu. Persenyawaannya terjadi disebabkan oleh ajaran agama Hindu yang merasuk disemua bidang kehidupan. Agama Hindu tidak hanya teori yang indah untuk dipajangkan atau dipercakapkan, melainkan menyatu sebagai kebutuhan hidup dalam mengisi Moksatham Jagadhita, mencapai kehidupan rohani yang suka tanpa wali duka serta mendapatkan kehidupan bagi seluruh dunia (Rupa, 2002: 23).

Dalam ajaran Agama Hindu memiliki kerangka dasar yang terdiri dari bagian yang disebut dengan Tri Kerangka Dasar yaitu : (1). Tatwa (filsafat), (2). Susila (Etika agama), dan (3). Ritual (Upacara agama). Pada kerangka agama yang ketiga adalah upacara (yadnya). Yadnya adalah bahasa sansekerta yang berasal dari kata “Yad” artinya memuja dan mengadakan selamatan atau pemujaan suci yang dilakukan dengan perasaan tulus iklas (Ida Putu Surayin, 1993:3).

Yadnya terdiri dari lima bagian yang disebut Panca Yadnya yaitu : Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, Manusia Yadnya, Rsi Yadnya, dan Bhuta Yadnya. Masing-masing yadnya itu memiliki sasaran yang berbeda pula. Dalam Dewa Yadnya sasarannya banyak mengarah kepada persembahan terhadap Hyang Widhi Wasa dengan segala manifestasinya. Dalam Pitra Yadnya sasarannya ditujukan kepada para leluhur. Dalam Pitra Yadnya sasaranya ditujukan kepada para leluhur. Dalam Manusia Yadnya ditujukan kepada sesama manusia. Dalam Rsi Yadnya ditujukan kepada para maha Rsi yang telah berjasa dalam mengembangkan ajaran agama. Dan Bhuta Yadnya ditujukan kepada alam semesta dan lingkungan sekitarnya.

Pada upacara Dewa Yadnya, upacara lebih banyak dilaksanakan ditempat-tempat suci seperti Pura Khayangan dan Sanggah pemerajan. Dalam melaksanakan upacara Dewa Yadnya sering berkaitan dengan sarana-sarana seperti banten, dan juga seni-seni yang biasa ditampilkan seperti: seni tari, seni tabuh, dan seni suara/kekidungan. Kesenian Bali sekhususnya seni tari hingga kini masih tetap menarik dan seni tari masih tetap dipentaskan sesuai dengan fungsinya, baik sebagai Tari Wali, Tari Bebali maupun Tari Balih-balihan.

Khususnya di Pura Khayangan Tiga Desa Anturan kalau piodalan/ odalan selalu dipentaskan tari yang disebut dengan Tari Gambuh/ Drama Tari Gambuh. Drama Tari Gambuh merupakan suatu drama tari klasik Bali yang berbentuk “total theatre” dimana didalamnya terpadu dengan baik dan harmonis unsur-unsur tari, tembang, dialog/ vokal, drama dan sastra. ( Dibia 1979:9).

Selain tari / drama Tari Gambuh masih ada lagi tari-tarian seperti: Tari Pendet, dan Tari Baris. Semua tari-tarian tersebut selalu dipentaskan dalam piodalan di Pura Khayangan Tiga Desa Pakraman Anturan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Daerah Tingkat II Buleleng. Masyarakat khususnya umat Hindu di Desa Anturan, terutama yang masih awam hanya tahu bahwa, gambuh pasti dipentaskan dalam setiap piodalan di Pura Khayangan Tiga Desa Anturan.

Dalam hal ini merupakan gugon tuwon dan tidaklah tepat dalam kehidupan di jaman modern seperti sekarang ini. Sehubungan dengan hal itu, penulis merasa tertarik untuk mengetahui peranan tari/ Drama Tari Gambuh dalam kaitannya dengan upacara keagaman khususnya upacara Dewa Yadnya yang dilaksanakan pada waktu piodalan di Pura Khayangan Tiga Desa Anturan.


2. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah tersebut di atas maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:
2.1 Bagaimanakah sejarah lahirnya Drama Tari Gambuh dalam upacara Dewa Yadnya di Pura Khayangan Tiga Desa Anturan?
2.2 Bagaimanakan tarian Gambuh dan makna yang terkandung pada masing-masing tarian Gambuh ?
2.3 Apakah sarana gambelan Gambuh?
2.4 Apakah sarana upacara atau banten Gambuh?
2.5 Bagaimanakah pelaksanaan tari/ Drama tari Gambuh dalam upacara Dewa Yadnya?

3. Tujuan Penelitian
Setiap permasalahan yang ingin diungkapkan tidak bisa terlepas dari tujuan penelitian. Karena dengan adanya tujuan penelitian ini akan dapat memberikan arah pemikiran yang lebih sistematis dalam memecahkan suatu permasalahan. Dengan jelasnya suatu tujuan penelitan maka kegiatan atau pelaksanaan penelitian akan lebih cermat dan terarah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.1. Untuk mengetahui sejarah lahirnya Tari Gambuh dalam upacara Dewa Yadnya.
3.2. Untuk mengetahui makna yang terkandung pada masing-masing tarian Gambuh.
3.3. Untuk mengetahui sarana gambelan pada Tari Gambuh.
3.4. Untuk mengetahui sarana upacara atau banten dari Tari Gambuh.
3.5. Untuk mengetahui proses pelaksanaan Tari Gambuh dalam upacara Dewa Yadnya.

4. Kegunaan Penelitian
Setiap kegiatan tentu ada tujuan yang ingin dicapai, yaitu berupa hasil yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Suatu hasil penelitian akan dirasakan sangat berguna apabila memiliki kegunaan yang optimal. Sehubungan dengan hal tersebut dalam penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut:

4.1 Kegunaan teoritis
Informasi yang terungkap dalam penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu atau konsep-konsep tentang tari sakral yang dikenal dengan Tari Wali, khususnya Tari Gambuh dalam upacara Dewa Yadnya yang mana nantinya dapat digunakan sebagai pedoman bagi generasi selanjutnya.
4.2 Kegunaan Praktis
Informasi yang terungkap melalui penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan bimbingan bagi umat Hindu terutama yang masih berpikir awam, tentang Tari gambuh yang menjadi keharusan dalam upacara Dewa Yadnya pada piodalan di Pura Khayangan Tiga Desa pakraman Anturan.

1 komentar:

Silakan tuliskan komentar anda di kolom ini :